Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sepanjang zaman. Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa
saja, kapan saja, dan dapat dilakukan dimana saja. Karena pendidikan merupakan
suatu kebutuhan yang sangat penting. Dengan pendidikan maka seseorang akan
dapat terangkat harkat dan derajadnya.
Menurut Abdul Latif (2009:1) :
“Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses
transmisi pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu
generasi ke generasi lainnya, telah berlangsung setua umur manusia itu
sendiri”. Sebab, ketika seseorang mengetahui sesuatu kemudian ia memberitahukan
apa yang diketahuinya tersebut, atau suatu generasi mentransmisikan suatu
nilai, keyakinan, pandangan hidup, atau pola-pola merekayasa, dan lain-lain
kepada generasi berkutnya bisa dikatakan sebagai telah terjadi proses
pendidikan”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:80) “Motivasi orang tua
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar”. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan
yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku
individu belajar. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang
berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Hadiah dan hukuman
sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan
hasil sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang
tua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik dan memperoleh nilai kurang,
maka ia akan memperoleh “peringatan atau hukuman” dari guru atau orang tua.
“Peringatan” tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat,
sebab siswa tidak senang memperoleh “peringatan” dari guru atau orang tua.
“Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik
bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat (Siagian dkk dalam Dimyati dan
Mudjiono, 2009:92).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:92) :
“Anak akan selalu membutuhkan suatu motivasi untuk bisa terus
konsisten belajar, ada beberapa motivasi yang bisa diberikan orang tua kepada
anak, misalnya : (1) Memberikan semangat pada putra-putrinya, karena orang tua
adalah sebagai sosok yang paling dekat dengan mereka. (2) Memberikan pujian,
karena dengan memberikan pujian akan menambah kepercayaan diri seorang anak
hingga ia menjadi lebih semangat untuk belajar. (3) Memberikan suatu barang
sebagai hadiah atas prestasi tertentu yang dicapai oleh siswa. (4) Memberikan
iming-iming yang dilakukan sebelum anak melakukan kegiatan belajar. (5)
Perancangan cita-cita. Maksudnya, orang tua maupun guru sebaiknya menanyakan
terlebih dahulu apa cita-cita siswa, setelah itu akan lebih mudah mendorong
anak untuk belajar lebih giat”.
Pemberian motivasi oleh orang tua dapat berupa penguatan atau
penghargaan terhadap tingkah laku atau usaha belajar anak yanga baik. Dougherty
dan Dougherty (1977) menjelaskan bahwa orang tua dapat mengguankan penghargaan untuk
memotivasi siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan pekerjaan
sekolah, dan bertingkah laku sesuai dengan aturan-aturan yang ditentukan oleh
sekolah dan orang tua. Selanjutnya Dougherty dan Dougherty menjelaskan bahwa
penguatan dari keluarga mempunyai keuntungan dibandingkan dengan penguatan yang
dilakukan oleh pihak lain (misalnya guru).
Motivasi yang diberikan dapat pula berupa pujian seperti
misalnya “Anak pintar” atau “Kamu hebat sekali dapat nilai 100” pada saat anak
mendapatkan nilai yang bagus. Pemberian hadiah juga sering digunakan oleh orang
tua agar anak mereka giat belajar dan pada akhirnya dapat naik kelas dengan
nilai yang sangat memuaskan. Pemberian motivasi sebaiknya jangan hanya
diberikan atau digunakan pada saat anak mendapatkan hasil yang baik dalam
belajarnya. Tetapi pemberian motivasi pada saat anak mengalami kesulitan dalam
belajar atau disaat anak mengalami kegagalan adalah hal yang diwajibkan bagi
para orang tua. Misal pada saat anak mendapatkan nilai yang jelek dalam
pelajaran matematika. Seharusnya orang tua memberikan pengertian bahwa mungkin
nilai yang diperoleh anak adalah hasil belajar yang kurang maksimal. Sehingga
anak akan berusaha untuk belajar dengan maksimal agar mendapatkan nilai bagus
dalam mata pelajaran tersebut.
No comments:
Post a Comment