Anggota Kelompok:
Bangun Marlina Retno B
Bobby Harjolaksono
Lucky Maharani
M. Aldi Rizki R
Seftian Fajar
Kelas : 4IA08
STUDI KASUS CLOUD
COMPUTING PADA BIDANG PERTANIAN
Permasalahan
Permasalahan utama yang dihadapi Indonesia
berkaitan dengan pemanfaatan TIK dalam bidang Pertanian adalah belum
terbangunnya secara efisien sistem TIK bidang Pertanian mulai dari hulu
(penelitian tinggi dan strategis) sampai hilir (pengkajian teknologi spesifik
lokasi dan diseminasi penelitian kepada petani). Efisiensi sistem TIK di sektor
pertanian ini perlu dibangun melalui sinkronisasi program litbang pertanian
mulai dari hulu sampai hilir dan sinkronisasi program litbang pertanian dengan
lembaga penelitian lainnya. Selain itu, efisiensi sistem TIK bidang pertanian
ini perlu didukung dengan sistem pendidikan pertanian yang mampu menghasilkan
peneliti yang berkemampuan (competent) dan produktif (credible).
Juga perlu dibangun kembali sistem diseminasi hasil-hasil penelitian dan
inovasi teknologi pertanian kepada petani yang lebih efektif dan efisien.
Dengan mengintegrasikan TIK khusus-nya cloud computing dalam
pembangunan pertanian berkelanjutan melalui peningkatan pengetahuan dan wawasan
petani, maka petani akan berpikir dengan cara berbeda, berko-munikasi secara berbeda,
dan mengerjakan kegiatan bertaninya secara berbeda pula.
Cloud Computing
Istilah Cloud Computing akhir-akhir
ini semakin sering terdengar. Namun sebenarnya imple-mentasi konsepnya sendiri
sudah ada sejak puluhan tahun lalu, sebelum internet berkembang seperti
sekarang. Saat ini memang cloud computing identik dengan
internet. Namun bila dilihat dari konsepnya, cloud juga ada
pada jaringan yang lebih kecil, seperti LAN atau MAN.
Secara umum, definisi cloud computing (komputasi
awan) merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dalam suatu
jaringan dengan pengembangan berbasis internet (awan) yang mempunyai fungsi
untuk menjalankan program atau aplikasi melalui komputer – komputer yang
terkoneksi pada waktu yang sama, tetapi tak semua yang terkonekasi melalui
internet menggunakan cloud computing.
Teknologi komputer berbasis sistem Cloud ini merupakan
sebuah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat server untuk mengelola
data dan juga aplikasi pengguna. Teknologi ini mengizinkan para pengguna untuk
menjalankan program tanpa instalasi dan mengizinkan pengguna untuk mengakses
data pribadi mereka melalui komputer dengan akses internet.
Karakteristik Cloud Computing :
1. On-Demand Self-Services
Sebuah layanan cloud computing harus dapat dimanfaatkan oleh
pengguna melalui mekanisme swalayan dan langsung tersedia pada saat dibutuhkan.
2. Broad Network Access
2. Broad Network Access
Sebuah layanan cloud computing harus dapat diakses dari mana
saja, kapan saja, dengan alat apa pun, asalkan kita terhubung ke jaringan
layanan. Contoh HP, Tablet.
3. Resource Pooling
3. Resource Pooling
Sebuah layanan cloud computing harus tersedia secara terpusat dan
dapat membagi sumber daya secara efisien.
4. Rapid Elasticity
Sebuah layanan cloud computing harus dapat menaikkan (atau
menurunkan) kapasitas sesuai kebutuhan.
5. Measured Service
Sebuah layanan cloud computing harus disediakan secara terukur,
karena akan digunakan dalam proses pembayaran.
Cloud computing mempunyai 3 tingkatan layanan yang diberikan kepada
pengguna, yaitu:
1. Infrastructure as service, hal ini meliputi Grid untuk virtualized
server, storage & network. Contohnya seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service.
2. Platform as a service, hal ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam
hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap fokus pada
pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem operasi, infrastructure
scaling, load balancing dan lain-lain. Contohnya yang sudah mengimplementasikan
ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investment.
3. Software as a service: Hal ini memfokuskan pada aplikasi dengan
Web-based interface yang diakses melalui Web Service dan Web 2.0. Contohnya
adalah Google Apps dan SalesForce.com.
Berikut
ini adalah beberapa komponen penting yang ada pada arsitektur cloud computing :
1. Klien
atau End User
Ini
karena hardware, aplikasi dan semua yang berkaitan dengan cloud computing
dikembangkan untuk klien. Tanpa adanya klien atau pengguna software pada cloud
computing, semuanya akan sia-sia.
Klien
untuk cloud computing ada 2 jenis, yaitu komponen hardware dan kombinasi
komponen hardware dan software. Optimasi dapat dilakukan di 2 tempat, yaitu
kapasitas lokal dan security software. Melalui optimasi hardware dengan
security, aplikasi dapat dijalankan dengan baik.
2.
Service atau fungsi dari cloud computing
Salah
satu alasan kenapa cloud computing menjadi populer adalah karena layanan ini diperlukan oleh
dunia bisnis. Ini karena bisnis memerlukan cara untuk mengefisienkan proses
bisnis, yang berarti keuntungan akan meningkat.
3.
Aplikasi data backbone dari layanan
Service
kadang dianggap sebagai aplikasi. Ini memang setengah benar karena servis
menyediakan fungsi. Adapun aplikasi adalah apa yang dikembangkan oleh software
developer / programmer dimana mereka harus fokus untuk memastikan aplikasi
berjalan dengan benar.
4.
Platform atau infrastruktur soft untuk aplikasi
Pada
website atau aplikasi normal yang tidak berhubungan dengan cloud computing,
pada umumnya aplikasi akan berhubungan secara langsung dengan server. Namun
pada cloud computing, aplikasi dijalankan ke aplikasi lain yang disebut dengan
istilah platform. Platform ini biasanya berupa bahasa pemrograman seperti AJAX,
PHP, atau Ruby on Rails.
Pada
tahap ini seorang pengembang harus menggunakan bahasa pemrograman yang sesuai
dengan platform yang digunakan. Ini dikarenakan bahasa pemrograman mempunyai
platform dan run time environment sendiri-sendiri.
5.
Storage atau gudang data
Semua
aplikasi dan fungsi harus disimpan pada media simpan. Media simpan cloud ini
akan menyimpan data dan informasi sehingga fungsi dapat diimplementasikan
dengan baik. Optimasi storage berkaitan dengan bagaimana fasilitas storage
diproteksi dari berbagai ancaman serta serangan.
6.
Infrastruktur, yaitu komponen backbone dari cloud computing.
Semua
fungsi, servis, dan kemampuan storage untuk menyediakan data hanya dapat
diakses jika infrastrukturnya optimal. Infrastruktur ini bisa dianggap sebagai
platform akhir yang memungkinkan semuanya bisa dijalankan.
Pemanfaatan Cloud Computing Dalam
Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan
Visi pembangunan pertanian berkelanjutan
adalah terwujudnya kondisi ideal skenario konstitusi Indonesia yang disebut
adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka kemiskinan. Visi
ini diterima secara universal sehingga pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global,
termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistem pertanian menuju
usahatani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian
di Indonesia.
Pembangunan pertanian berkelanjutan
diimplementasikan ke dalam rencana pembangunan jangka panjang Kementerian
Pertanian seperti yang tertuang dalam visi jangka panjangnya sebagai berikut:
“Terwujudnya sistem pertanian industrial berdaya saing, berkeadilan dan
berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat
pertanian”.
Pertanian industrial adalah sosok
pertanian yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) pengetahuan merupakan
landasan utama dalam pengambilan keputusan, memperkuat intuisi, kebiasaan, atau
tradisi; (2) kemajuan teknologi merupakan instrumen utama dalam pemanfaatan
sumberdaya; (3) mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksi barang
dan jasa; (4) efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi
sumberdaya; (5) mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana, sekaligus
tujuan; (6) profesionalisme merupakan karakter yang menonjol; dan (7)
perekayasaan merupakan inti nilai tambah sehingga setiap produk yang dihasilkan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Sektor pertanian berperan sangat strategis
dalam pengentasan penduduk miskin di wilayah pedesaan karena sebagian besar
penduduk miskin di wilayah pedesaan bergantung pada sektor tersebut. Dengan
kata lain, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat strategis untuk
dijadikan sebagai instrumen dalam pengentasan penduduk miskin. Kemajuan sektor
pertanian akan memberikan kontribusi besar dalam penurunan jumlah penduduk miskin
di wilayah pedesaan. Demikian pula, basis bagi partisipasi petani untuk
melakukan perencanaan dan pengawasan pembangunan pertanian harus dibangun
sehingga petani mampu mengaktualisasikan kegiatan usahataninya secara optimal
untuk menunjang pertumbuhan pendapatannya. Hasil-hasil pembangunan harus
terdistribusi makin merata antar sektor, antar subsektor dalam sektor pertanian
dan antar lapisan masyarakat agar tidak ada lagi lapisan masyarakat yang
tertinggal dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan meningkat.
Dalam “World Summit on the
Information Society five years on: Information and communications Technology
for Inclusive Development” (ESCAP 2008) dinyatakan bahwa wilayah
Asia-Pacific menghadapi berbagai tantangan dalam menghadapi target tujuan pembangunan
pada millennium pertama (antara 1990 dan 2015), sejumlah penduduk menderita
karena kelaparan. Keberlanjutan pertanian dan keamanan pangan terancam oleh
rendahnya hasil pertanian, miskinnya pengelolaan sumber daya tanah dan air,
serta pendidikan tenaga kerja bidang pertanian yang berada di bawah standar.
Kondisi penduduk tersebut juga sangat rentan terhadap bencana, seperti
kekeringan, banjir, gempa bumi dan tanah longsor. Teknologi informasi dan
komunikasi dapat diterapkan dalam mendukung manajemen sumber daya, pemasaran,
penyuluhan dan mengurangi resiko kehancuran untuk membantu meningkatkan
produksi pangan dan mengurangi ancaman terhadap ketahanan pangan.
Hasil penelitian Wahid (2006) terhadap
pemanfaatan kafe internet, faktanya diketahui bahwa penggunaan internet
(aplikasi teknologi informasi) cenderung dimanfaatkan khususnya untuk
meningkatkan kapabilitas pendidikan secara personal dan pengalaman internet,
sekolah-sekolah di Indonesia dan negara berkembang lainnya dapat memainkan
peranan yang penting dalam mengembangkan sikap dan keahliannya untuk
meningkatkan manfaat sosial dari penggunaan web. Hal ini berarti juga mendidik
masyarakat dalam bagaimana caranya menggunakan web tersebut untuk mencari
informasi yang tepat dan relevan dalam bahasa yang dapat dipahami. Selanjutnya,
Purbo (2002) memiliki argumentasi bahwa pergerakan golongan akar rumput (grassroots
movements) mendorong pengembangan akses dan pemanfaatan internet di
Indonesia.
Meskipun masih terdapat beberapa kendala
sehingga pemanfaatan TIK menjadi sangat kompleks dan sulit untuk diadopsi, TIK
sebenarnya dapat menyediakan kesempatan yang lebih besar untuk mencapai suatu
tingkatan tertentu yang lebih baik bagi petani. Hal ini ditunjukkan ketika
beberapa lembaga penelitian dan pengembangan menyampaikan studi kasus yang
mendeskripsikan bagaimana TIK telah dimanfaatkan oleh petani dan stakeholders
usahawan pelaku bidang pertanian sehingga
memperoleh peluang yang lebih besar untuk memajukan kegiatan usahataninya.
Keberhasilan pemanfaatan TIK oleh petani di Indonesia dalam memajukan
usahataninya ditunjukkan oleh beberapa kelompok tani yang telah memanfaatkan
internet untuk akses informasi dan promosi hasil produksinya.
Melalui akses informasi digital dari
internet, petani mengenal inovasi teknologi pertanian hasil penelitian dan
pengembangan yang dilakukan peneliti-peneliti Badan Litbang Pertanian seperti
budidaya komoditas tanaman pangan, hortikultura dan sebagainya. Promosi melalui
internet dapat memutus hubungan petani dengan tengkulak yang sering memberikan
harga jauh di bawah harga pasar (Sigit et al. 2006). Melalui
Unit Pelayanan Informasi Pertanian tingkat Desa–Program Peningkatan Pendapatan
Petani melalui inovasi (UPIPD-P4MI) yang dilaksanakan oleh Badan Litbang
Pertanian, petani di sekitar lokasi UPIPK sudah memanfaatkan internet untuk
akses informasi dan promosi hasil pertanian yang diusahakan (P4MI 2009).
Manfaat yang dapat diperoleh melalui
kegiatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (Mulyandari 2005),
khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian
berkelanjutan di antaranya adalah:
1.
Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan
nasional.
2.
Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk: 1) Meningkatkan
peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya; 2) Meningkatkan
kemam-puan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta 3) Meningkatkan
kemam-puan petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan
komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah produksi yang
diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
3.
Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan peman-faatan
informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung
pengembangan pertanian lahan marjinal.
4.
Memfasilitasi dokumentasi informasi per-tanian di tingkat lokal (indigeneous
know-ledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung
pengembangan pertanian lahan marjinal.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian melalui unit kerjanya mempunyai tugas dalam penyebarluasan informasi
ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, dan mempunyai beberapa fungsi yang
terkait pembangunan pertanian yakni dalam hal penyebaran informasi teknologi
dan hasil-hasil penelitian pertanian melalui pengembangan jaringan informasi
dan promosi inovasi pertanian dan pengembangan aplikasi teknologi informasi.
Dengan tugas dan fungsi tersebut tentunya Badan Litbang Pertanian juga
bertanggung jawab mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan dengan
menerapkan teknologi cloud computing.
Ketersediaan sumberdaya informasi menjadi
salah satu potensi lainnya yang penting bagi Badan Litbang Pertanian. Berbagai
jenis informasi pertanian dalam format yang beragam tentunya menjadi sumber
rujukan yang sangat berharga bagi pencari informasi. Badan Litbang Pertanian
melalui unit kerjanya, PUSTAKA dapat menciptakan Agricultural
Information Repository yang mencakup seluruh database perpustakaan
UK/UPT lingkup Kementerian Pertanian.
Infrastruktur teknologi informasi (TI) dan
sumberdaya manusia (SDM) yang menjadi penggerak dalam teknologi cloud
computing tentunya tidak dapat diabaikan begitu saja. Ketersediaan
kedua potensi ini harus saling bersinergi sehingga dapat memperoleh hasil yang
optimal dalam mewujudkan pemanfaatan cloud computing menuju
pembangunan pertanian berkelanjutan.
Hambatan Yang Dihadapi
Meskipun disadari TIK memiliki peranan
yang sangat penting dalam mendukung pembangun-an pertanian berkelanjutan, namun
sampai saat ini petani di dunia, khususnya di Indonesia masih belum
diperhitungkan dalam bisnis TIK dan lingkungan kebijakan. Fakta yang agak
mengejutkan adalah bahwa aplikasi TIK memiliki kontribusi yang tidak terukur
secara ekonomi bagi masing-masing GDPs. Dalam waktu yang sama, pemanfaatan TIK
dalam pembangunan pertanian berkelanjutan membutuhkan proses pendidikan dan
peningkatan kapasitas karena masih terdapat kesenjangan secara teknis maupun
keterampilan dalam bisnis secara elektronik (e-business).
Berdasarkan Survei yang dilakukan oleh the International
Society for Horticultural Sciences(ISHS) hambatanhambatan dalam mengadopsi
TIK oleh petani khususnya petani hortikultura, yaitu: keterbatasan kemampuan;
kesenjangan dalam pelatihan (training), kesadaran akan manfaat TIK, waktu,
biaya dari teknologi yang digunakan, integrasi sistem dan ketersediaan software.Untuk
responden dari negara-negara berkembang menekankan pentingnya “biaya teknologi
TIK” dan “kesenjangan infrastruktur teknologi (Taragola et al. 2009).
TIK memiliki peranan yang sangat penting
dalam pertanian modern dan menjaga keberlanjutan pertanian dan ketahanan
pangan. Namun demikian, untuk wilayah negara-negara berkembang masih banyak
mengalami kendala dalam aplikasinya untuk mendukung pemba-ngunan pertanian
berkelanjutan. Tantangan yang umum dihadapi adalah bahwa akses telepon dan
jaringan elektronik di perdesaan dan wilayah terpencil (remote area)
sangat terbatas; telecenter yang menawarkan layanan TIK masih
langka karena biaya yang diperlukan akibat tingginya investasi dan biaya
operasional yang dibutuhkan. Kekurangan pada tingkatan lokal dalam aplikasi TIK
perlu dipikirkan dalam merancang strategi aplikasi TIK sesuai dengan kondisi di
lapangan yang spesifik lokasi baik melalui kapasitas teknologi tradisional,
seperti siaran radio pemerintah dan masyarakat perdesaan dapat bekerja bersama
untuk melayani pengguna atas dasar profitabilitas di samping ada unsur sosial
untuk mendukung keberlanjutan aplikasi TIK di tingkat perdesaan.
Konsep Implementasi Cloud
Computing
Perkembangan TIK dalam perangkat komputer,
teknologi komunikasi, dan internet khususnyacloud computing dapat
digunakan untuk menjembatani informasi dan pengetahuan
yang ada di pusat informasi pertanian
(Kementerian Pertanian) ataupun lembaga penelitian dan pengembangan pertanian
lainnya. Akses terhadap komunikasi digital membantu
meningkatkan akses terhadap peluang usahatani masyarakat dan meningkatkan
pendapatan petani.
Salah satu yang direkomendasikan untuk
implementasi TIK dalam pemberdayaan di negara berkembang adalah sebuah telecenter atau
pusat multimedia komunitas. Diharapkan dapat dilengkapi dengan akses internet
dan penggunaan telepon genggam untuk meningkatkan akses pengusaha dan petani di
perdesaan akses informasi untuk meningkatkan
kesejahteraannya. TIK merupakan alat yang
sangat bermanfaat untuk knowledge sharing, namun seringkali belum
dapat memecahkan permasalahan pembangunan yang disebabkan oleh isu sosial,
ekonomi dan politik. Informasi pun seringkali belum dapat digunakan sebagai
pengetahuan karena belum mampu diterjemahkan langsung oleh masyarakat (Servaes
2007).
Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan
teknologi (inovasi) pertanian yang dipromosikan oleh para penyuluh pertanian
sering tidak sesuai dan tidak mencukupi. Hal ini
memberikan implikasi bahwa informasi yang ditujukan
pada petani dan penyuluh sangat terbatas.
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian
dapat berperan dalam membantu petani dengan melibatkannya secara langsung
dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai
dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan. Peningkatan efektivitas
jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek
penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan
dukungan
implementasi TIK melalui cloud
computing dan peran aktif berbagai kelembagaan terkait upaya untuk
mewujudkan jaringan informasi inovasi bidang pertanian sampai di tingkat petani
dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi
pertanian sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait
yang memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi
untuk mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian.
Rekomendasi implementasi TIK melalui cloud
computing untuk menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan dapat
mendorong terjadinya knowledge sharing untuk meningkatkan
fungsi sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan demikian, peningkatan
efektivitas jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait
merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi
pertanian.
Karena masih banyaknya permasalahan yang
dihadapi dalam pemanfaatan cloud computing, maka hal ini dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi kesiapan sumber daya yang ada
di daerah. Pemanfaatan cloud computing diarahkan untuk
mendukung percepatan akses pelaku pembangunan pertanian terhadap sumber
informasi yang dibutuhkan sekaligus merupakan sarana untuk mempercepat proses
pertukaran informasi antar pihak-pihak terkait dalam proses pembangunan
pertanian berkelanjutan.
Kesimpulan
Pembangunan pertanian berkelanjutan
merupa-kan isu penting yang strategis. Dalam menghadapi era globalisasi
pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh pesatnya
perkembangan IPTEK pertanian termasuk perkembangan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor
pertanian akan menuju pertanian berkelanjutan melalui penyediaan informasi
pertanian yang tepat waktu dan relevan memberikan informasi yang tepat guna
kepada petani untuk pengambilan keputusan dalam berusahatani, sehingga efektif
meningkatkan produktivitas, produksi dan keuntungan. Pemanfaatan cloud
computing sebagai sumber segala informasi pertanian dapat memperbaiki
aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input produksi,
tren
konsumen, yang secara positif berdampak
pada kualitas dan kuantitas produksi mereka. Informasi pemasaran, praktek
pengelolaan ternak dan tanaman yang baru, penyakit dan hama tanaman/ternak, ketersediaan
transpor-tasi, informasi peluang pasar dan harga pasar masukan maupun hasil
pertanian sangat penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi.
Cloud Computing adalah sebuah cara yang
memungkinkan kita "menyewa" sumber daya teknologi informasi (software,
processing power, storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan
sesuai kebutuhan pengguna dan membayar yang digunakan saja oleh pengguna.
Dengan konsep ini, maka semakin banyak orang yang bisa memiliki akses dan
memanfaatkan sumber daya tersebut, karena tidak harus melakukan investasi
besar-besaran. Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, setiap
organisasi akan berpikir panjang untuk mengeluarkan investasi tambahan di
bidang TIK.
Beberapa hambatan dalam pemanfaatan TIK
khususnya cloud computing untuk menuju pembangunan pertanian
berkelanjutan di antaranya adalah: belum memadainya kapasitas di bidang
teknologi informasi, infrastruktur penunjang tidak mendukung operasi
pengelolaan dan penyebaran informasi pertanian yang berbasis teknologi
informasi, belum memadainya biaya untuk operasional teknologi informasi
terutama untuk biaya langganan ISP untuk pengelolaan informasi melalui
internet/cloud computing, dan tempat akses informasi melalui aplikasi
teknologi informasi masih terbatas.
No comments:
Post a Comment